Bacaan Kisah Para Rasul mengisahkan bagaimana kesetiaan Petrus dan para rasul akan panggilannya sebagai saksi Kristus, meskipun ada ancaman besar yang mereka hadapi. Mereka tetap setia dengan panggilannya sebagai saksi Kristus. Petrus dan para rasul, terilhami oleh kesetiaan Tuhan Allah yang senantiasa menyatakan cinta kasih-Nya, yang terwujud dalam diri Tuhan Yesus Kristus. Ia setia sampai mati di kayu salib, untuk keselamatan kehidupan umat manusia. Tuhan Yesus yang adalah Alfa dan Omega, ada sejak dulu, kini dan selamanya, menyatakan cinta kasih-Nya kepada umat yang setia kepada-Nya. Setelah Tuhan Yesus membuktikan kesetiaan-Nya, Ia pun berkenan mengutus umat-Nya untuk menjadi saksi. Petrus dan para rasullah salah satu penerima pengutusan Tuhan Yesus tersebut. Oleh sebab itu, Petrus dan para rasul menghayati perannya sebagai saksi, yang tetap setia, meskipun berbagai rintangan dan risiko berat dihadapinya.
Lalu bagaimanakah kita menjadi saksi Kristus yang setia, seperti halnya Petrus dan para rasul? Ada tiga hal yang perlu kita pahami bersama, dari kesaksian empat bacaan kita hari ini :

Menghayati peran sebagai saksi Kristus
Petrus dan para rasul telah menghayati perannya sebagai saksi Kristus. Saksi Kristus yang setia, memahami bahwa diri kita telah diutus Tuhan, seperti utusan-Nya dalam kitab Yohanes, untuk menjadi saksi Kristus. Kita yang telah diselamatkan Tuhan Yesus, hidup sebagai saksi Kristus yang telah hidup. Bukan hidup untuk diri sendiri. Jadi, di manapun dan dalam kondisi apapun, kita tetap ingat, bahwa peran kita di dunia adalah sebagai saksi Kristus.

Merasakan TANGAN TUHAN
Ketika Tuhan mengutus kita, Ia pun memperlengkapi kita dengan kuasa Roh Kudus. Itulah janji yang dinyatakan Tuhan Yesus kepada para murid, menurut kesaksian kitab Yohanes. Merasakan kuasa Roh Kudus, sama halnya kita melihat Dia yang mengutus kita sebagai saksi-Nya (Wahyu 1:7). Pemazmur mengajak kita, sebagai saksi Kristus, kita merasakan Tangan Tuhan, yang terwujud dalam diri Roh Kudus. Artinya bahwa, kita tidak mengandalkan kemanusiaan kita, namun mengandalkan Dia yang selalu menopang, menguatkan, dan memampukan kita menjadi saksi Kristus.

Mau mengampuni
Hal terakhir, adalah mau mengampuni. Mungkin salah satu hal terberat kita menjadi saksi Kristus yang setia adalah mau mengampuni. Tuhan Yesus dalam Injil Yohanes 20:23, menghendaki kita untuk menyelesaikan masalah mengampuni ini. Mengampuni ini bisa diawali dari keluarga, jemaat, hingga mengampuni sesama. Mengapa demikian? Karena kita belajar dari Tuhan Yesus yang berkenan mengampuni, bukti kesetiaan-Nya kepada kita. Menjadi saksi Kristus yang setia, yang diwujudkan dalam hidup mau mengampuni sesama, dengan tidak lagi mengingat kesalahan sesama kita.

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.