Renungan BHS Indonesia

Firman Tuhan hari ini mengajak kepada kita untuk terus berpengharapan kepada Tuhan. Agar terus dapat hidup dalam pengharapan, kita diajak berjaga-jaga dengan setia, seperti yang dinyatakan dalam perumpamaan 5 gadis bijaksana dan 5 gadis bodoh. Diceritakan ada 10 gadis yang menjadi pengiring pengantin perempuan. Kesepuluh gadis tersebut harus bersiap untuk menemani pengantin perempuan menyambut pengantin laki-laki. Dalam tradisi Yahudi pada saat itu, kedatangan pengantin laki-laki sering kali tidak bisa ditentukan. Oleh karena itu, pengantin perempuan dan para pengiringnya mesti senantiasa siap siaga. Untuk itu diperlukan kebijaksanaan dalam mempersiapkan semuanya. Itulah yang dilakukan oleh 5 gadis bijaksana. Mereka tidak hanya membawa pelita tetapi juga membawa bekal minyak cadangan di dalam buli-buli mereka.

Di dalam Perjanjian Lama, minyak sering diartikan sebagai Roh Allah. Dalam konteks masa kini, persiapan yang dilakukan oleh 5 gadis bijaksana yang membawa minyak cadangan tersebut dapat dimaknai sebagai persiapan yang mesti dilakukan dalam rangka mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Sorga. Persiapan tersebut dapat dilakukan dengan cara mengisi hati dengan firman Allah dan berelasi intim dengan Tuhan sehingga Roh Allah berkuasa dalam hidup. Roh Allah yang menolong kita untuk menjadi orang-orang percaya yang terus melakukan pertobatan dan siap berjumpa dengan Tuhan. Dengan demikian, meski dalam penantian tersebut kita bisa menjadi “lelah dan tertidur”, kita tetap mempunyai persediaan dan tetap siap menyambut kedatangan Tuhan.

Hal berbeda dilakukan oleh 5 gadis bodoh. Mereka dianggap bodoh atau tidak bijaksana karena tidak membawa minyak cadangan di dalam buli-buli yang mestinya mereka siapkan. Jadi, meski mereka tidak disebutkan berbuat jahat, namun mereka dianggap salah. Jikalau perumpamaan tersebut kita hubungkan dalam hidup sehari-hari, kita diingatkan agar senantiasa berusaha untuk hidup bijaksana dalam segala keadaan. Hati yang bijaksana, yang dipenuhi oleh kuasa Roh Kudus seperti itulah yang diibaratkan sebagai minyak yang ada di dalam pelita. Sebagai orang beriman, kita tetap perlu waspada, berjaga-jaga dan bijaksana agar jangan sampai kita kehabisan minyak. Lima gadis bodoh tersebut tidak bisa menyalakan pelita karena mereka tidak mempunyai persediaan minyak. Mereka tidak bisa menyongsong mempelai laki-laki.

Perumpamaan ini mengingatkan kita agar selalu mengisi hati kita dengan firman Tuhan. Firman Tuhan tidak hanya kita dengarkan, namun juga kita renungkan dan kita lakukan di dalam kehidupan kita. Kita juga memberi waktu untuk membangun hubungan dengan Tuhan. Dengan demikian, hidup kita semakin diubahkan di dalam kehendak Tuhan. Entah kapan Tuhan akan datang kembali, namun kita akan senantiasa bersiap menyambut kedatangan Tuhan. Menjalani semua keadaan hidup dalam penuh pengharapan kepada Tuhan.

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.