Gotong royong merupakan tradisi dalam kehidupan masyarakat Jawa yang baik. Dalam gotong royong, semua komponen masyarakat, baik itu laki-laki atau perempuan, kaya atau miskin, tua atau muda bisa ambil bagian sesuai dengan kemampuan masing-masing. Tidak ada yang merasa bahwa dirinya menjadi yang paling penting atau yang paling tidak penting.

Pekerjaan yang berat dapat diselesaikan dengan baik karena keterlibatan setiap anggota masyarakat yang bekerja dengan tulus iklas dan saling menghargai. Namun demikian, kita menyadari bahwa kadang kala kebersamaan yang indah tersebut menjadi rusak ketika ada yang mulai merasa bahwa dirinya adalah orang yang paling berjasa, paling pandai, paling baik, paling banyak memberikan kontribusi, dsb. Sikap-sikap seperti itulah yang kemudian menimbulkan perpecahan, saling menyakiti, dan menghambat pertumbuhan bersama.

Jika kita perhatikan, kehidupan jemaat Tuhan juga bisa disamakan dengan kehidupan masyarakat. Jemaat Tuhan disatukan di dalam anugerah keselamatan yang sama dan memiliki panggilan yang sama yaitu agar menyaksikan keselamatan tersebut kepada seluruh dunia. Jemaat seharusnya bersatu hati, semakin menyatukan langkah, dan bahu membahu untuk bersaksi di tengah-tengah kehidupan dunia ini. Tuhan memperlengkapi jemaat-Nya dengan berbagai karunia dan talenta, yang seharusnya menjadikan jemaat dapat melaksanakan tugas panggilannya tersebut. Karunia dan talenta yang diberikan Tuhan tidak sama antara satu orang dengan yang lainnya, dimana Tuhan menghendaki agar jemaat saling memperlengkapi dalam menjalankan panggilannya tersebut. Namun sayang, jemaat sering kali terjatuh kepada sikap merasa bahwa karunia dan talenta yang dia miliki lebih baik dari orang lain. Merasa bahwa dirinya atau kelompoknya lebih berguna, lebih baik atau lebih rohani. Oleh karena sikap itulah, jemaat Tuhan bukannya semakin dibangun, tetapi malah terpecah belah dan jemaat kehilangan fungsinya dalam karya penyelamatan Allah.

Perpecahan itulah yang nampak terjadi dalam kehidupan jemaat Tuhan di Korintus. Jemaat yang semakin banyak itu, hidup dalam kelompok-kelompok yang kemudian merasakan bahwa kelompok mereka adalah kelompok yang terbaik. Pada saat itu, mereka juga terpecah karena pempimpin-pemimpin yang ada atau yang mereka ikuti. Ada yang merasa bahwa mereka adalah golongan Paulus, ada yang merasa mereka golongan Apolos, dsb. Oleh karena itu, Rasul Paulus mengingatkan bahwa para rasul hanyalah alat Tuhan atau kawan sekerja Alah. Tidak ada yang lebih hebat atau lebih baik, sekalipun diberikan perbedaan kemampuan dalam pelayanan. Sama halnya sekarang, kita juga dipanggil untuk menjadi kawan sekerja Allah. Siapakah kita?, Apakah kelebihan kita?, Apakah kehebatan kita? sehingga Tuhan memakai kita menjadi kawan sekerja-Nya. Maka lakukan apa yang menjadi panggilan Tuhan sesuai dengan karunia dan talenta yang sudah Tuhan percayakan kepada kita dengan tulus iklas demi kemuliaan nama Tuhan. Biarlah semakin banyak orang merasakan kasih dan damai sejahtera melalui kehidupan kita.

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.