Renungan BHS Indonesia

(Lukas 24:36b-49)

Saudara, bacaan Injil ini terjadi pasca kebangkitan dan pra kenaikan Yesus ke Sorga. Sebelum para murid ditinggalkan oleh Sang Kristus, terlebih dahulu mereka diyakinkan akan Dia yang sungguh-sungguh hidup. Mata para murid sendiri menyaksikan saat Kristus berkata “Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku; Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku” (Luk. 24:39). Iman para murid dan gereja perdana benar-benar didasarkan pada pengalaman iman yang faktual bukan pada kisah mitos tentang kebangkitan Kristus. Bahkan yang jauh lebih penting adalah iman mereka kepada Sang Kristus bukan karena kekuatan manusiawi atau daya analitis teologis mereka, tapi karena karya Kristus semata. Sang Kristus membuka pikiran mereka sehingga apa yang diajarkan Tuhan Yesus tentang : “Inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur” (Luk. 24:44) bisa mereka mengerti.

Para murid akhirnya mampu mengerti bahwa penderitaan, kematian dan kebangkitan serta kenaikan Kristus ke sorga ditempatkan dalam kerangka karya keselamatan Allah sebagaimana telah dinubuatkan oleh Musa, pemazmur dan para nabi. Seandainya peristiwa penderitaan, kematian dan kebangkitan serta kenaikan Kristus ke sorga tidak dinubuatkan terlebih dahulu oleh kitab-kitab Musa, kitab Mazmur dan kitab para nabi maka segala peristiwa tersebut sebenarnya tidak memiliki makna apapun sebab tidak menjadi bagian dari karya keselamatan Allah. Iman para murid dan gereja perdana dibentuk oleh pengajaran dari Kristus yang bangkit dan telah memberikan pengajaran serta telah membuka pikiran serta pengertian mereka sehingga mereka dapat mengerti makna Firman Tuhan yang telah dinubuatkan oleh Kitab Suci.
Bagaimana dengan kehidupan kita? Apakah keyakinan kita pada Kristus yang bangkit telah mendasari setiap perilaku hidup kita, sehingga segala hal yang kita pikirkan, rencanakan dan lakukan sungguh-sungguh diatas-namakan Dia? Hal itu seharusnya bukan hanya nampak dalam segala perbuatan yang kita awali dengan pengakuan “di dalam nama Yesus” namun sungguh-sungguh perlu ditanyakan “Apakah rencanaku atas pekerjaan dan hidup ini sudah sesuai dengan kehendak Kristus?”

Jika kita anggota Majelis jemaat, aktivitas gereja, pejabat publik, tokoh di masyarakat, pasangan dalam rumah tangga, orang tua atau anak dalam keluarga, guru, pegawai, karyawan, murid atau mahasiswa, pertanyaannya : Apakah kita sudah mendasari semua rencana dan laku kita dengan atas nama Tuhan? Di dalam Tuhan ada karya kebaikan dan keselamatan, maka dalam karya kita hal yang samapun seharusnya mewujud. Mungkin tidak mudah menjadi seorang yang hidup ngristeni di tengah godaan jaman ini. Namun, dengan didasarkan oleh pertobatan, mari kita terus menjadi berani dan tidak menyerah karena Kristus yang bangkit bersama dengan setiap orang yang setia, yang terus menyapa kehidupan dengan atas nama-Nya. Tuhan Memberkati, Amin. 

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.