Apakah saudara-saudara ingin sukses? Pasti semua orang akan menjawab: ya, tentu! Namun, apa sebetulnya sukses itu? Banyak orang berpikir bahwa sukses itu terkait dengan pencapaian-pencapaian secara materi: bisa memenuhi semua kebutuhan hidup, bisa memperoleh untung sebesar-besarnya, lulus sekolah, punya pekerjaan bagus, naik jabatan, dinobatkan sebagai teladan atau terpandai, punya rumah bagus dan mobil mewah, dlsbg. Pertanyaannya, apakah pemahaman seperti ini benar?
Dalam perkembangan yang ada, ternyata sukses dimaknai secara beragam. Sukses bukan semata-mata bersifat materi atau mendapatkan untung/hasil, namun lebih dari itu. Para pemikir dan motivator mengajak kita untuk lebih melihat sesuatu yang lebih mulia dan hakiki daripada yang bersifat materialistis. Hal yang sama juga disampaikan oleh bacaan-bacaan Alkitab pada Minggu Pra-Paska kelima ini.

Dari bacaan-bacaan tersebut kita mau belajar :
1. Jangan lihat yang nampak, lihatlah esensinya!
Kadang hal yang nampak terlihat tidak untung bahkan rugi besar, namun secara esensial hal itu mengandung hal yang sangat mulia. Hal ini diajarkan oleh Yesaya dan Pemazmur dalam bacaan kita tadi. Umat diajak untuk melihat pengalaman pembuangan mereka ke Babel sebagai sesuatu yang mulia, meski secara manusiawi rugi. Di tanah pembuangan tersebut, umat dididik dan dibentuk oleh Tuhan, dimurnikan seperti emas agar mereka menjadi lebih baik. Pengalaman umat yang seperti ini dinyatakan oleh Pemazmur dalam bentuk nyanyian ziarah yang biasa dinyanyikan umat yang sedang berziarah ke Yerusalem. Dari sini kita belajar bahwa sukses itu bukan sekedar hasil akhir, namun juga suatu proses. Yaitu ketika kita mampu menghargai setiap hal yang terjadi dalam hidup kita dan bahagia atas hal itu.

2. Jangan lihat kefanaannya, lihatlah kekekalannya.
Rasul Paulus memandang dan menghayati keterlepasannya dari keyahudian, yang selama ini ia hidupi yang mendatangkan kehormatan dan kemuliaan bagi dirinya, sebagai sesuatu yang untung dan mulia. Kehormatan yang dahulu ia terima dan jalani kini dianggapnya sebagai kerugian. Kristus yang ia percaya melebihi segala yang pernah ia terima dan rasakan. Di sini Paulus tidak melihat yang fana/semu, namun yang kekal.

3. Lakukan yang mulia, meski nampaknya rugi secara materi!
Apa yang dilakukan Maria, saudara Marta dan Lazarus, yang mengurapi kaki Yesus dengan minyak narwastu murni yang sangat mahal harganya, secara material bisa dihitung sebagai pemborosan dan tidak ada untungnya. Dan itu dengan jelas dinyatakan oleh Yudas Iskariot. Namun bagi Yesus, itu adalah mulia. Mulia karena Maria tiba pada saat di mana ia mempunyai kesempatan untuk menyatakan kasihnya kepada Tuhannya. Dan itu ia lakukan di saat yang tepat, yaitu ketika Sang Tuhan dan Guru itu memasuki hari-hari terakhir dalam hidup-Nya di dunia untuk kemudian mati di kayu salib. Apa yang dilakukan Maria adalah persiapan bagi kematian Tuhan Yesus.

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.