Pernahkah Saudara merasa hidup ini tidak adil? Orang-orang Kristen memang mudah merasa frustrasi ketika melihat orang-orang yang tidak percaya kepada Yesus tampaknya memiliki hidup yang lebih baik. Seorang pengusaha berlaku curang, tetapi tetap memenangkan kontrak-kontrak yang besar. Orang yang selalu berpesta pora kelihatannya tetap sehat dan kuat, sedangkan Saudara dan orang-orang yang Saudara kasihi bergumul dengan masalah keuangan atau masalah kesehatan. Hal seperti ini mungkin membuat saudara merasa dicurangi. Seakan-akan semua ketaatan yang saudara lakukan kepada Tuhan tidak ada gunanya.

Bagaimana kita menyikapi kenyataan hidup yang belum sempurna dan masih diwarnai ketidakadilan, baik dalam lembaga agama, ataupun para pemangku jabatan negara? Suap, korupsi, kolusi, konspirasi dan legitimasi ajaran agama masih merupakan godaan jaman masa kini. Nasehat praktis pemazmur (Maz 43) dan Surat Paulus kepada jemaat Tesalonika (I Tes 2:9-13) dapat menolong bagaimana seharusnya kita bersikap.

Pertama, Pemazmur mengajak kita semua untuk tidak lelah menanikkan da dan pengharapan pemulihan dari situasi hidup yang sulit. Pemazmur mengatakan “Berilah Keadilan padaku, ya Allah, dan perjuangkanlah perkaraku”. Melalui Pemazmur kita diajarkan untuk selalu tekun berdoa. Pemazmur mengajarkan untuk mengubah rasa gelisah dan bimbang menjadi sikap positif dengan motivasi diri sendiri. Jika manusia tidak bisa diharapkan, masih ada Allah satu-satunya sumber pengharapan, sebab Dia-lah penolong dan Tuhan kita.

Kedua, kita bisa belajar dari Rasul Paulus sebagai figure pelayan yang bekerja keras dan berorientasi pelayanan yang membangun keadilan bagi jemaat. Paulus mengambil contoh dari dirinya sendiri bahwa kerja kerasnya dilakukan “siang dan malam” supaya sebagai pelayan, dia tidak menjadi beban bagi jemaat. Paulus juga membangun kehidupan jemaat diatas dasar Firman Allah.

Saudara, kita bisa menemukan sikap ketidakadilan ini dimanapun, kapanpun, dan bisa dialukan oleh siapapun itu, tidak hanya pemimpin negara, pemimpin masyarakat, tetapi juga tokoh-tokoh agama seperti yang diceritakan dalam Injil Matius 23:1-12. Tokoh agama sekalipun dapat terjebak dalam sikap arogan, maka tidak pantas untuk dijadikan teladan, bahkan berpotensi membawa ketidakadilan. Hal seperti ini sangat perlu untuk diantisipasi dan dihindari. Tuhan Yesus sendiri memberikan tiga model ideal yang bisa dijadikan harapan pembawa keadilan dan kebenaran: figure seorang Guru, figure seorang Pemimpin, figure seorang Bapa. Pada ayat 12, pada akhirnya Tuhan Yesus memberikan contoh rasa yang harus ditanamkan oleh seorang figure yang bisa membawa keadilan dan kesetiaan melakukan misi Allah “Dan barangsiapa meninggikan diri, ia kaan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan”. Artinya apa, kita harus menjadi figure yang rendah hati, tidak sombong, tidak mencari keuntungan diri sendiri tetapi benar-benar mau membangun dan menjadikan jalan Tuhan sebagai patokan hidupnya.dengan begitu kita bisa menjadi duta pengharapan bagi semua makhluk ciptaan Allah yang diperlakukan tidak adil. Tuhan memberkati kita semuanya.

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.