Di Jerman, ada sebuah lukisan terkenal yang diberi nama Das Rosenwunder. Lukisan tersebut melukiskan sebuah legenda demikian: “Pada tahun 1207 hidup seorang putri yang cantik dan baik hati bernama Elizabeth. Putri Elizabeth tinggal di Puri Wartburg dan merasa prihatin dengan para petani miskin yang hidup di dekat purinya. Walaupun sering dilarang oleh suaminya, dia tetap membawa roti untuk orang-orang miskin dengan keranjang yang ditutupi mantel. Pada suatu hari, sang suami memergoki Putri Elizabeth yang membawa keranjang berisi roti untuk dibagikan kepada orang-orang miskin. “Apa yang kamu bawa?” bentak suaminya. Putri Elizabeth sangat ketakutan dan berlutut sambil menjawab pelan: “Bunga mawar, Pangeranku.” Suaminya yang tahu bahwa keranjang tersebut berisi roti, menghunus pedang dan dengan ujung pedang tersebut dia menyingkapkan mantel yang menutupi keranjang. Namun suatu keajaiban terjadi, roti dalam keranjang tersebut telah berubah menjadi sekuntum mawar merah yang segar dan indah.”

Kisah Puteri Elizabeth ini dituangkan dalam lukisan yang disebut Das Rosenwunder yang berarti Keajaiban Mawar. Lukisan itu dipajang di Puri Wartburg, yang memperlihatkan Puteri Elizabeth sedang berlutut sambil memeluk keranjang. Sang Pangeran Ludwig duduk di atas kuda putihnya dengan ujung pedang menyingkap mantel penutup keranjang itu. Di dalam keranjang tampak sekuntum bunga mawar segar berwarna merah menyala. Salah satu pesan yang dinyatakan di dalam lukisan tersebut adalah keajaiban yang ditimbulkan karena cinta kasih. Bahkan cinta kasih itu sendiri adalah keajaiban.

Puteri Elizabeth adalah contoh orang yang mau membagikan berkat yang dia terima di dalam kehidupannya. Ada keajaiban di dalam sebuah pemberian. Demikian pula sebenarnya yang menjadi panggilan Tuhan kepada umat-Nya. Tuhan telah menyatakan firman-Nya kepada kita. Bacaan Kitab Ulangan 30:9-14 menyatakan bahwa Firman Tuhan itu sebenarnya demikian dekat dengan manusia. Firman itu telah disampaikan berulang-ulang kepada manusia. Firman Tuhan bukan sesuatu yang tidak realistis, melainkan sesuatu yang dapat dilakukan oleh manusia.

Dalam bacaan Injil Lukas 10:25-37, Tuhan Yesus memberikan cerita tentang kesediaan Orang Samaria menolong seorang Yahudi yang baru saja dirampok dan dianiaya. Cerita ini menegaskan bahwa belas kasih diwujudkan tanpa memandang perbedaan status maupun kelompok dimana seseorang masuk di dalamnya. Orang Samaria yang dipandang sebelah mata oleh Orang Yahudi karena kehidupan beragama mereka dianggap sudah tidak murni lagi, justru telah melakukan kasih dengan benar. Sebagai anak-anak Tuhan, kita pun harus selalu bertumbuh di dalam iman, kasih dan pengharapan di dalam Tuhan. Kasih itulah salah satu hal yang dipuji oleh Rasul Paulus dalam kehidupan jemaat Tuhan di Kolose. Kasih itu jugalah yang harus kita nyatakan kepada orang-orang di sekitar kita. Kasih yang tulus, yang tidak memandang kepada perbedaan yang ada, baik perbedaan status sosial, suku, maupun agama.

Print Friendly, PDF & Email

Leave a Comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.